Departemen Kimia FMIPA Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan acara pengukuhan Prof. Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D. sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Kimia Analitik dan Lingkungan, ranting ilmu/kepakaran sensor dan biosensor untuk lingkungan pada hari Selasa, 22 April 2025, pukul 11.00–12.00 WIB, bertempat di Balai Senat UGM. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Suherman menyampaikan pidato pengukuhannya berjudul Pengembangan Sensor dan Biosensor Kimia Berbasis Nanomaterial untuk Aplikasi Analisis Lingkungan.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Suherman mengawali pemaparannya dengan menekankan pentingnya teknologi sensor dalam mitigasi bencana dan perlindungan kualitas lingkungan dan pangan. Beliau menyampaikan bahwa sensor bukan hanya perangkat untuk membaca besaran fisik seperti suhu dan tekanan, tetapi juga berperan penting dalam mendeteksi perubahan kimia dan fenomena biologis di lingkungan sekitar.
Prof. Suherman mengutip tragedi gas Bhopal dan insiden gas beracun di Kawah Sinila, Dieng. Beliau menekankan bahwa peristiwa-peristiwa tersebut menggarisbawahi pentingnya penerapan teknologi deteksi dini yang lebih baik, sehingga kecelakaan serupa dapat dicegah dan kerusakan yang lebih luas dapat dihindari.
Lebih lanjut, Prof Suherman memaparkan salah satu pendekatan teknologi yang menjanjikan dalam bidang ini yaitu melalui pengembangan sensor lingkungan berbasis nanomaterial. Nanomaterial menawarkan sensitivitas yang sangat tinggi karena karakteristik strukturnya yang unik pada skala atom hingga nanometer. Parameter penting yang memengaruhi performa sensor nanomaterial antara lain struktur, luas permukaan, selektivitas, serta responsivitas.
Nanopartikel emas dan carbon dots disebut sebagai contoh nanomaterial potensial untuk pengembangan sensor yang lebih sensitif dan selektif. Prof. Suherman menjelaskan bahwa kedua jenis nanomaterial ini memiliki responsivitas yang tinggi serta dapat dimodifikasi untuk meningkatkan kinerja sensor, misalnya dalam mendeteksi zat berbahaya di pangan seperti senyawa berbahaya yang sering diinjeksikan pada ternak.
Prof. Suherman juga menyoroti tantangan lingkungan yang dihadapi Indonesia, khususnya pencemaran air akibat pertumbuhan limbah domestik dan industri yang tidak diimbangi dengan infrastruktur pemantauan lingkungan yang memadai. Dalam hal ini, teknologi seperti spektroskopi, elektrokimia, dan sensor optik diharapkan dapat digunakan untuk melakukan deteksi secara kualitatif dan kuantitatif.
Menutup pidatonya, Prof. Suherman menyampaikan harapan agar kolaborasi lintas disiplin terus diperkuat demi kemanfaatan yang lebih luas bagi masyarakat. Beliau juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendampingi dan mendukung perjalanan akademiknya di Universitas Gadjah Mada.
Acara pengukuhan Prof. Suherman selaras dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan), SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi), SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), SDG 13 (Tindakan Terhadap Perubahan Iklim), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Tujuan). Dalam pidatonya, Prof. Suherman menekankan pentingnya teknologi sensor untuk mitigasi bencana dan perlindungan kualitas lingkungan dan pangan, yang mendukung deteksi dini terhadap ancaman bencana alam dan pencemaran lingkungan. Teknologi sensor berbasis nanomaterial yang beliau paparkan berpotensi meningkatkan kualitas pemantauan air, pangan, dan bencana, yang sejalan dengan upaya menjaga kesehatan masyarakat dan lingkungan. Kolaborasi lintas disiplin yang beliau tekankan juga memperkuat peran kemitraan dalam menciptakan inovasi dan infrastruktur berkelanjutan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan global.
Penulis : Inna Mutifah
Editor : Mokhammad Fajar Pradipta