Link berita : https://www.suaramerdeka.com/news/baca/182231/rektor-ugm-tampil-syahdu-di-sastra-bulan-purnama
YOGYAKARTA, suaramerdeka.com – Sastra Bulan Purnama edisi 91 yang digelar di Tembi Rumah Budaya, Jalan Parangtritis Km 8,5 Dusun Tembi, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, kemarin malam cukup istimewa dengan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Ir Panut Mulyono MEng DEng.
Kehadiran orang nomor satu di UGM ini, menambah pentas sastra semakin meriah. Kemeriahan itu makin sempurna dengan turut tampinya para guru besar dari perguruan tinggi ternama di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Perhelatan sastra kali ini, memang lain dari biasanya.
Begitu juga dalam sajiannya, karena puisi dan fotografi keduanya jenis karya seni yang bisa saling berinteraksi. Keduanya disatukan dalam buku antologi puisi yang diberi nama puisi-fotografi, dan diberi judul ‘Tapak Jejak Peradaban, Memotret Eksotisme Warisan Masa Lampau’ karya Novi Indrastuti, penyair, dan pengajar jurusan Sastra Indonesia, Fib UGM dan Harno Dwi Pranowo, fotografer, pengajar di Fakultas MIPA UGM.
Yang menarik selain menghadirkan Rektor UGM Prof Ir Panut Mulyono, MEng DEng dan Dr Wening Udasmoro MHum DEA Dekan Fakultas Ilmbu Budaya UGM. Penampilan mereka cukup mengejutkan, karena menambah suasana sastra di Yogyakarta makin menggeliat.
Pada peluncuran buku puisi-fotografi karya Novi Indrastuti dan Harno Dwi Pranowo, yang lebih sering menggunakan nama Harno Depe berjudul ‘Tapak Jejak Peradaban : Memotret Eksotisme Warisan Masa Lampau’, selain menghadirkan perempuan penyair Evi Idawati untuk membaca puisi, tentu Novi Indrastuti sebagai penyair yang meluncurkan buku puisi ikut tampil membaca puisi.
Profesi lain yang tampil membaca puisi, selain para pengajar, director sale and marketing hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta, Maya Dewi namanya dan Armansyah Pranasakti, seorang notaris. Maya Dewi membacakan puisi berjudul ‘Menyusuri The Fragrant Garden’ dan Armansyah Pranasakti membacakan dua puisi berjudul ‘Mahakarya Sejarah’ dan ‘Patrap Triloka’.
”Ini kali pertama saya membaca puisi, karena selama ini saya tidak pernah membaca puisi,” ujar Maya Dewi.
”Meski kali pertama saya baca puisi, meski agak grogi tapi senang karena banyak teman yang sebelumnya sama sekali belum saya kenal,” imbuhnya.
Dua guru besar dan sekaligus pengajar yang ikut tampil membaca puisi, adalah Prof Dr Ir Budi Wignyosoekarto dari Teknik Sipil UGM, membacakan dua puisi berjudul ‘Simbol Persatuan Raja dan Rakyat’ dan ‘Misteri Merapi’.
Seorang guru besar lain dari UNNES Semarang, Prof Dr RM Teguh Supriyanto, membaca dua puisi berjudul ‘Memaknai Tahta Untuk Rakyat’ dan ‘Saksi Sejarah Mataram Islam’. Seorang pengajar dari ISI Yogyakarta, Prima Dona Hapsari SPd M Hum membacakan dua puisi berjudul ‘Cinta Melahirkan Toleransi’ dan ‘Ucap Rindu Dalam Tinta Biru’.
Selain pembacaan puisi, tampil juga lagu puisi dan dramatisasi puisi. Lagu Puisi dibawakan oleh Ana Ratrti dan Nyoto Yoyok. Dramatisasi puisi menampilkan Wahnyudi Jaya, seorang pengajar Vokasi UGM. Wahyudi membawakan puisi ‘Lelaki Bersorban Putih’ dan dalam penampilannya ia mengenakan surban warna putih.
Ana Ratri dan Nyoto Yoyok, yang sudah sering tampil di Sastra Bulan Purnama, dan kali ini, beberapa hari sebelumnya diberi dua puisi karya Novi Indrastuti untuk dibuat menjadi lagu. Dua puisi itu berjudul ‘Poros Imajiner’ dan ‘Tapak Jejak Peradaban’.
Dengan diiringi petikan gitar dan geseken biola, Ana Ratri mengalunkan dua lagu puisi dengan bagus, nuansa puisinya tidak hilang hingga penonton senang dibuatnya. Sepertinya lagu puisi yang mereka bawakan cukup mengena dihati penonton yang memadati atrium Tembi.
Evi Idawati, salah seoorang perempuan penyair dari Yogyakarta, yang sudah membaca puisi dibanyak tempat dan tidak hanya di Kota Budaya, membawakan dua puisi karya Novi Indrastuti masing-masing berjudul ‘Area Perburuan’ dan ‘Kiblat 4 Lima Pancer’.
Sedangkan Novi Indrastuti dan Harno Dwi Pranowo, yang berkolaborasi membuat puisi-fotografi ikut membacakan puisi. Masing-masing membacakan dua puisi, sekaligus untuk mengakhiri acara Sastra Bulan Purnama edisi 91.
Novi membacakan puisi berjudul ‘Pasiraman Jiwa’ dan ‘Dewi Kesuburan’. Sementara Harno Dwi Pranowo membacakan dua puisi berjudul ‘Senja Merah Saga di Bukit Sunyi’ dan ‘Umpak Berserak’.