Link berita : https://www.liputan6.com/regional/read/3493824/cara-sederhana-bikin-minyak-kelapa-murni-yang-tidak-tengik-ala-dosen-ugm
Liputan6.com, Yogyakarta – Minyak kelapa murni atau ekstra virgin coconut oil (VCO) menjadi tren dan berkembang dalam satu dasawarsa terakhir. Minyak sarat manfaat ini memang digemari karena beragam fungsinya, mulai dari kesehatan sampai kecantikan. Sayangnya, kebanyakan minyak kelapa murni yang beredar memiliki kekurangan, yakni aromanya yang tengik. Seorang dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) bernama Ani Setyopratiwi berhasil mengubah pandangan soal minyak kelapa murni itu.
Ia memperkenalkan metode baru dalam pengolahan minyak kelapa murni. Namanya metode spontan. Lewat cara ini minyak kelapa yang dihasilkan kaya protein, encer, jernih, dan baunya harum.
“Metode yang saya lakukan adalah metode spontan, artinya kelapa harus tua dan kering di pohon supaya bisa pecah dengan sendirinya, supaya bisa mengasamkan dirinya sendiri,” ucap Ani, di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Ani, orang kerap mengabaikan keberadaan kelapa yang tua di pohon. Alasannya, karena santan dari kelapa tua gampang pecah. Namun, justru hal inilah yang dibutuhkan untuk membuat ekstra kelapa murni dengan metode spontan.
Ia bercerita pembuatan minyak kelapa murni metode spontan dimulai dengan memarut kelapa tua dan memeras menjadi santan. Santan terbagi menjadi dua, santan kanil atau kepala santan dan krim yang berada di bagian bawah. Krim dibiarkan sampai pecah sendiri lalu muncul tiga lapisan, berupa air, minyak, dan protein kelapa.
“Struktur lapisan bisa berubah-ubah, tetapi yang jelas lapisan air selalu di bawah. Air ini yang dibuang, sehingga tersisa minyak dan protein kelapa,” ujarnya. Satu butir kelapa jawa bisa menjadi ekstra VCO maksimal 125 mililiter, sedangkan kelapa Sulawesi bisa menghasilkan 200 mililiter.
Keunggulan lain dari minyak kelapa murni yang dibuat dengan metode spontan adalah berumur panjang atau awet sampai tiga tahun tanpa mengalami ketengikan. Sekalipun kondisi tutup terbuka dan berinteraksi dengan udara.
Ani menjelaskan, minyak kelapa beraroma tengik bisa terjadi karena proses pengolahannya. Ia menyebutkan, ada sejumlah cara menghasilkan minyak kelapa.
Pertama, metode pemanasan. Metode ini justru merusak antioksidan yang berfungsi sebagai pengawet alami minyak kelapa. Akibatnya, minyak menjadi tengik.
Kedua, metode tanpa pemanasan. Santan dibuat asam lewat proses pengasaman, yakni dengan menambahkan cokelat atau jeruk. Ternyata, hasilnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki, sering kali santan tidak mau pecah. “Kalau untuk industri, ini jelas merugikan, kadang santan bisa pecah, kadang tidak,” katanya.
Ketiga, metode pancingan. Cara ini mengharuskan memecah santan dengan minyak. Satu liter santan dicampur dengan satu liter minyak yang hanya menghasilkan 200 mililiter minyak kelapa murni. Selain rugi, menambahkan minyak pancingan ke dalam santan akan menimbulkan reaksi hidrolisis yang mengakibatkan ketengikan.
Keberhasilan Ani membuat minyak kelapa murni dengan metode spontan merupakan buah dari penelitian sejak 28 tahun lalu. Ketika itu ia baru diterima menjadi dosen FMIPA UGM.
Pengolahan minyak kelapa dengan metode spontan ternyata menjaga kandungan vitamin E dalam kelapa tetap utuh saat diproses menjadi ekstra VCO. Kadar asam lemak bebas nol dalam VCO juga dapat mencuci pembuluh darah yang terkena lemak.
“Ibarat deterjen, ekstra VCO akan mencuci lemak yang menempel di pembuluh darah dan mengeluarkannya lewat sistem sekresi,” tutur Ani. Saat ini, ia juga mengembangkan produk olahan minyak kelapa dengan brand Heltico. Setidaknya ada 25 jenis produk kosmetik dan kesehatan yang dihasilkan, seperti minyak telon, baby lotion, penyubur rambut, krim pagi-malam, vitamin bibir, dan lainnya. Produk-produk ini akan menembus pasar internasional.