Link berita :
YOGYAKARTA – Objek wisata Taman Tebing Breksi atau Tebing Breksi di Sleman dikenal memiliki pemandangan eksotik dan menjadikan pengunjung betah berlama-lam di wisata bebatuan tersebut. Sayangnya, objek wisata berbasis geoheritage berupa batuan tuff ini mengalami pelapukan dan perubahan warna akibat tumbuhnya lumut dan jamur.
Melihat kondisi itu, Nurlaili Rahmawati, Budi Prasetyojaty, Diah Ayu Puspitasari, Durrotunafisah dan Ilmi Fathu Muhammad, semuanya mahasiswa UGM berusaha menggelar bimbingan teknis aplikasi biofungisida.
Mereka melakukannya di bawah bimbingan Drs Iqmal Tahir MSi dari Departemen Kimia yang memantau proses dari awal hingga akhir. Nurlaili menjelaskan, biofungisida merupakan salah satu formula untuk mempertahankan keaslian Tebing Breksi akibat pengaruh lumut dan jamur.
“Tujuan aplikasi biofungisida yaitu meningkatkan keefektivan pengendalian, memudahkan dalam penyiapan bahan dan aplikasi serta lebih hemat biaya. Bahan yang dibutuhkan mudah didapatkan di sekitar lingkungan dan di pasaran yaitu cengkih, sereh, jahe dan bakteri EM4,” katanya, kemarin.
Menurut warga sekitar Tebing Breksi, pengaplikasian biofungisida merupakan hal yang baru bagi mereka. Karena perawatan sebelumnya dengan pengikisan lapisan menggunakan amplas agar warna tebing sesuai dengan kondisi aslinya.
Perawatan mekanis kurang efektif karena lumut dan jamur akan terus tumbuh dan lambat laun volume Tebing Breksi berkurang akibat pengikisan terus menerus. “Aplikasi biofungisida merupakan cara yang tepat untuk perawatan Tebing Breksi.
Rangkaian program bimbingan teknis aplikasi biofungisida dilaksanakan mulai dari sosialisasi kegiatan dan pelatihan pembuatan biofungisida pada tenaga teknis konservasi di Tebing Breksi. Tahapan selanjutnya aplikasi biofungisida bersama-sama, warga dan mahasiswa,” papar Nurlaili. (D19-59)