Link berita : https://kumparan.com/kumparannews/tpst-piyungan-dibuka-sampah-yang-menumpuk-di-yogya-mulai-diangkut-1554027749166477252/full
Pascadibukanya kembali Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Kabupaten Bantul pada Jumat (29/3) lalu, sampah yang berada di sejumlah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Kota Yogyakarta sudah mulai terangkut. Dari pantauan kumparan, di dua TPS yang ada di Kecamatan Kotagede, truk dan alat berat dikerahkan untuk mempermudah pengerukan sampah. Dua TPS tersebut masing-masing berada di Jalan Kemasan, Purbayan, Kotagede dan Lapangan Karang, Kotagede.
Nanik, salah seorang warga mengatakan, semenjak penutupan TPST Piyungan Minggu (24/3) hingga Jumat (29/3) sampah di setiap tempat mulai menggunung bahkan hampir ke badan jalan. Dia sempat bingung ketika hendak membuang sampah rumah tangganya.
“Ini alhamdulillah sudah mulai dikeruk. Kemarin memang sempat bingung juga (buang sampahnya),” katanya, Minggu (31/3). Tumpukan sampah yang basah karena hujan juga sempat membuat bau tak sedap lingkungan tersebut. Kini dia berharap pengerukan bisa segera dikebut agar TPS bisa normal kembali.
“Semoga kembali normal. Tapi ini pengingat juga buat warga agar bisa minim memproduksi sampah. Kurangi sampah lah,” katanya.
Sementara itu, untuk mempercepat pendistribusian sampah dari setiap tempat pembuangan ke TPST Piyungan, sejak Sabtu (30/3) lalu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta telah mengerahkan 400 personil serta 40 truk untuk mengatasi tumpukan sampah yang ada di 142 TPS di Kota Yogyakarta.
“Ada total tiga alat berat yang dipakai. Kalau petugas khususnya menjaga jalannya bersih. Tumpukan sampah pakai alat berat,” kata Kepala DLH Kota Yogyakarta, Suyana kepada wartawan.
Suyana mengatakan, institusinya juga menempatkan satu petugas di TPST Piyungan. Petugas tersebut akan secara berkala menyampaikan laporan antrean di TPST. Hal tersebut berguna agar tidak ada antrean panjang truk yang membuat masyarakat sekitar TPST terganggu.
“Cara kerja saya ada teman kita yang di sana melihat ada antrean tidak kalau tidak ada antrian jalan terus tapi kalau antrean disetop dulu biar masyarakat tidak komplain lagi,” ujarnya.
Sementara itu, Peneliti Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM, Iqmal Tahir, mengatakan kondisi TPST Piyungan sudah tak produktif lagi sebagai tempat pembuangan sampah akhir.
“Mestinya TPST Piyungan sudah ditutup 2015 lalu karena sudah over capacity,” katanya. Dia mengatakan sampah yang masuk ke TPST Piyungan tak sesuai dengan kapasitasnya. Dalam sehari, menurut catatannya ada 586 ton sampah yang masuk. Terlebih TPST tersebut menampung sampah dari tiga wilayah yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul atau disingkat Kartamantul. Dosen Departemen Kimia FMIPA UGM ini menambahkan selain mencari lokasi TPST baru, hal yang perlu dilakukan adalah perluasan lahan. Dengan begitu sampah yang ditampung bisa semakin banyak.
“Memperbanyak TPS 3R (reuse, reduce, recycle) dan bank sampah di setiap kecamatan juga bisa menjadi alternatif solusi,” ujarnya.
Program tersebut membuat sampah-sampah bisa terlebih dahulu dipilah mana yang perlu dibuang di TPS dan mana yang tidak perlu. Hal ini juga melatih masyarakat untuk ikut bertangggung jawab dalam pengelolaan sampah.