Link berita : https://nasional.kompas.com/read/2008/12/06/10390258/produksi.plastik.harus.dibatasi.
YOGYAKARTA, KOMPAS – Pencemaran air dan tanah akibat sampah plastik terus meningkat setiap tahun. Untuk menghambatnya, pemerintah perlu membatasi produksi plastik dan penggunaan plastik sebagai kemasan. Direktur Lembaga Studi dan Tata Mandiri Agus Hartana mengatakan pembatasan sampah plastik perlu dimulai dari pemerintah. Hal ini penting karena tanpa campur tangan pemerintah, masyarakat sendiri tidak akan bisa melakukannya. “Selama ini masyarakat adalah korban karena tidak punya pilihan lain. Sebagian besar barang terbuat atau setidaknya terkemas dalam plastik,” katanya di Yogyakarta, Jumat (5/12).
Kebijakan pemerintah tersebut, lanjut Agus, harus dapat mendorong industri untuk menghasilkan produk atau menciptakan kemasan yang bisa didaur ulang, atau menciptakan teknologi daur ulang tersebut. Hal ini mengingat salah satu penyumbang terbesar sampah plastik adalah kemasan produk industri, di antaranya mi instan, sabun detergen, dan makanan kecil. Menurut Agus, saat ini tingkat pencemaran akibat sampah plastik di Indonesia sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan. Dari sektor pertanian saja, dihasilkan 1,5 ton sampah plastik setiap tahun. “Kalau digelar, seluruh permukaan bumi ini sudah bisa ditutup dengan sampah plastik yang ada,” ucap Agus.
Sumber sampah plastik terbesar lainnya adalah rumah tangga. Berdasarkan penelitian, satu rumah tangga kota rata-rata menghasilkan tujuh sampah kantong plastik sehari. Tingginya penggunaan kantong plastik di masyarakat ini, kata Agus, karena harganya yang sangat murah, bahkan seolah-olah diberi gratis. “Orang beli bayam saja sekarang menggunakan plastik,” ujarnya.
Peneliti Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Iqmal Tahir mengatakan, peran masyarakat juga sangat besar untuk menekan meningkatnya jumlah sampah plastik. Masyarakat bisa menghindari penggunaan plastik dengan membawa tas belanja sendiri ketika berbelanja, menggunakan botol isi ulang, dan menggunakan gelas dan piring yang bisa dicuci dan dipakai ulang. Masyarakat juga bisa mengurangi pencemaran yang telah terjadi dengan mengolah kembali sampah bungkus kemasan sebagai produk kerajinan. Sejumlah hasil kerajinan yang bisa dihasilkan, antara lain tas belanja, payung, bahkan perhiasan. Pengolahan kemasan plastik menjadi kerajinan ini biasanya dilakukan secara berkelompok. “Beberapa kampung telah sukses dalam pemasarannya, misalnya di Surabaya, Jawa Timur,” kata Iqmal di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, awal November lalu.