Link berita : https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/178581/atasi-krisis-sampah
Link berita : https://www.suaramerdeka.com/amp/index.php/smcetak/baca/178581/e-paper
KRISIS sampah yang terjadi beberapa waktu lalu di DIY terjadi karena warga desa tempat pembuangan sampah akhir memblokir jalan. Mereka merasa terganggu karena pembuangan sampah tidak pada tempatnya sehingga kotoran berserakan di pinggir jalan, lumpur tebal menutup jalan membuat warga kesulitan melakukan mobilisasi. Peneliti Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM, Drs Iqmal Tahir menyatakan akibat dari sikap itu, sampah bertumpuk di mana-mana bahkan ada yang mengganggu proses belajar mengajar karena bak sampah berhimpitan dengan tembok sekolah. Setelah melalui perundingan, warga akhirnya bersedia membuka blokir dengan catatan tuntutan pengelolaan sampah secara profesional dipenuhi.
”Persoalan tempat pembuangan sampah terpadu Piyungan, Bantul harus diselesaikan secara menyeluruh guna mencegah munculnya dampak yang lebih besar. Sejumlah alternatif pengelolaan sampah perlu dilakukan untuk mengatasi persoalan sampah di DIY,” tandas dia.
Dirinya menilai TPST Piyungan sudah tidak produktif sebagai tempat pembuangan akhir sampah. Kapsitas TPST sudah tidak sebanding dengan volume sampah masuk setiap harinya. Bahkan tahun 2915 lalu harusnya sudah ditutup karena sudah over capacity. Dosen Departemen Kimia Fakultas MIPA UGM ini mencatat mencatat dalam sehari sampah yang masuk mencapai 586 ton. Pemerintah DIY harus mencari solusi dengan membangun TPST baru agar dapat menampung sampah dari Kabupaten Sleman, Bantul serta Kota Yogyakarta. Langkah lain dapat dilakukan dengan tetap menggunakan TPST Piyungan namun dengan melakukan penambahan luasan lahan di kawasan tersebut untuk menampung sampah yang semakin banyak.
”Perbanyak TPS 3R (reuse, reduce, recycle) dan bank sampah di setiap kecamatan juga bisa menjadi alternatif. Melalui TPS 3R dan bank sampah menjadi wadah dalam pemilahan sampah di sumbernya.
Gerakan pemilahan sampah dapat mengurangi sampah yang nantinya akan dibuang ke tempat pembuangan akhir,” tutur editor Jurnal Manusia dan Lingkungan PSLH UGM ini. Iqmal yang juga pakar kimia fisik dan komputasi juga minta masyarakat terlibat aktif dalam pengelolaan sampah, membudayakan reuse, reduce, recycle. Cara sederhana dimulai dari rumah tangga, memilah sampah yang dibuang agar petugas juga mudah melakukan tugasnya. (Agung PW- )