Link berita : https://www.gatra.com/detail/news/433555/teknologi/unsoed-temukan-cara-menjernihkan-air-limbah-batik
Banyumas, Gatra.com – Kabupaten Banyumas merupakan salah satu sentra batik yang berkembang pesat di wilayah Jawa Tengah Selatan. Namun, pertumbuhan industri kecil menengah ini ternyata mendatangkan masalah lingkungan, yaitu pencemaran dan sungai tanah akibat pembuangan limbah batik. Dosen Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Ratna Stia Dewi SSi MSc, baru-baru ini menemukan cara untuk menetralksn atau menjernihkan limbah batik dengan menggunakan jamur mikroskopik. Riset tersebut dituangkan pada disertasi yang mengantarnya merengkuh gelar doktor biologi pada Program Studi Doktor Biologi, Pascasarjana Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
“Sampel limbah batik saya ambil dari 17 industri batik rumahan di sekitar Kecamatan Banyumas dan Sokaraja yang memiliki fasilitas pencelupan dan penjemuran. Daerah tersebut lingkungannya sudah tercemar limbah batik, baik sungai maupun tanahnya yang sudah berubah warna serta kesuburannya berkurang,” kata Ratna, Senin (29/7). Perempuan asli Jakarta ini mengemukakan, limbah pewarna batik sangat berbahaya karena beracun dan sulit terurai. Air yang tercemar menjadi keruh dan dapat membunuh organisme yang hidup di daerah perairan sungai seperti mikroba, meracuni ikan hingga tanaman.
Parahnya lagi, kata dia, air yang sudah tercemar limbah dapat merembes ke sumur. Apabila air sumur yang terkontaminasi tersebut dikonsumsi terus menerus maka dapat terkumpul di dalam tubuh manusia dan menyebabkan kanker, paru-paru dan serebrovaskular. “Sifat pewarna batik itu karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Dampaknya langsung ke manusia bisa menyebabkan kanker kulit kalau terpapar terus menerus. Sampel air limbah itu saya coba untuk menyirami jagung (zea mays) dan kacang tanah (vigna radiata), hasilnya tanaman itu tumbuh kerdil dan daunnya hanya beberapa helai saja,” katanya.
Adapun pada disertasi yang berjudul “Fungi Limbah Industri Batik Sebagai Agensia Biodegradasi Limbah Cair Pewarna Batik Indigosol Blue O4b”, Ratna meneliti satu jenis jamur mikroskopik unggul hasil seleksi sejumlah mikroba. Jamur yang hanya bisa dilihat melalui mikroskop ini dapat mengubah limbah pewarna batik Indigosol menjadi air jernih dengan nilai persentasi dekolorisasi (penurunan warna) sebesar 98,5%. Uniknya, jamur temuan Ratna tersebut justru hidup alami di lingkungan sekitar pembuangan limbah batik. Jamur itu juga dapat mengubah limbah batik menjadi senyawa alkohol.
“Setelah melalui rekayasa teknologi di laboratorium, jamur ini mampu menetralisasi kadar racun limbah batik sehingga aman terhadap lingkungan. Kadar racunnya jauh di bawah standar baku mutu seperti Biologhycal Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), Total Dissolved Solids (TDS) dan Electrical Conductance (EC) yang ditetapkan oleh pemerintah. Air limbahnya pun berubah menjadi jernih,” tuturnya. Dia menambahkan, air yang sudah didekolorisasi tersebut juga diuji pada tanaman jagung dan kacang hijau. Hasilnya ternyata tidak berbeda dengan tanaman yang disiram air biasa.
Kepala Sub-Bagian Humas dan Protokoler Unsoed, Betha Swandani mengatakan, Ratna merupakan doktor baru Fakultas Biologi Unsoed ke 39. Dia diwisuda pada Rabu (24/7) lalu. “Pada ujian terbuka April 2019 lalu, disertasi Ratna diuji Tim Penguji yang terdiri dari Promotor Rina Sri Kasiamdari S.Si, Ph.D, Prof. Dr. Ir. Erni Martani dan Dr. Yekti Asih Purwestri M.Si, Penguji Internal Dr. Endah Retnaningrum M.Eng (Fakultas Biologi UGM), Dr. Tri Rini Nuringtyas M.Sc (Fakultas Biologi UGM), Prof. Dr. Endang Tri Wahyuni M.Si (Jurusan Kimia FMIPA UGM) dan Dr. Budi Setiadi Daryono M.Agr Sc. serta Penguji external Prof. Ir. Loekas Soesanto M.S, Ph.D (Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Unsoed),” katanya.