Dalam rangka mewujudkan desa binaan yang mandiri dan berkelanjutan, Tim Dosen Kimia Organik, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar kegiatan pengabdian masyarakat di Kalurahan Mulo dan Kalurahan Wunung, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Juni 2024 di Kantor Kalurahan Mulo, Wonosari, Gunungkidul.
Berbeda dengan kegiatan edukasi sebelumnya, kali ini Tim Dosen Kimia Organik UGM memfokuskan diri pada pelatihan praktis. Sebanyak 50 kader dari Kalurahan Mulo dan Kalurahan Wunung mengikuti pelatihan dengan tema “Pemanfaatan Limbah Kotoran Ternak dan Sampah Dapur Sebagai Sumber Pupuk Organik Ramah Lingkungan”.
Dalam kegiatan ini, materi disampaikan oleh narasumber yang berkompeten, yaitu Nasih Widya Yuwono, SP., MP. Beliau memaparkan tentang berbagai aspek terkait pengelolaan limbah ternak, mulai dari dampak negatif limbah ternak yang tidak dikelola dengan baik, hingga cara mengolah limbah ternak menjadi pupuk organik yang bermanfaat.
Selain penyampaian materi, kegiatan ini juga diisi dengan praktek pembuatan pupuk organik dari limbah ternak. Para kader desa mendapatkan kesempatan untuk langsung mempraktikkan cara pembuatan pupuk organik, dan cara membuat ember tumpuk sehingga mereka dapat lebih memahami dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh.
Pelatihan ini menghadirkan dua metode pembuatan pupuk organik yang dapat diterapkan oleh para kader desa, yaitu:
- Pemanfaatan limbah organik (sampah dapur) untuk pembuatan pupuk cair melalui ember tumpuk. Metode ini memanfaatkan sampah dapur seperti sisa makanan, kulit buah, dan sayuran yang diolah menjadi pupuk cair kaya nutrisi menggunakan ember tumpuk. Ember tumpuk adalah alat pemroses pupuk yang dibuat dengan menyatukan 2 buah ember yang disusun bertingkat. Ember tumpuk digunakan untuk mengolah sampah dengan bantuan larva Hi (Hermetia illucens) pada skala rumah tangga. Metode ember tumpuk menggunakan peralatan sederhana dan mudah diperoleh. Teknologi ini sangat mudah diaplikasikan di rumah dan mampu mengolah sampah organik menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan. Dengan ember tumpuk, setiap orang dapat membuat pupuk organik yang murah dan mendukung lahan pertanian yang mulai kehilangan kesuburannya.
- Pembuatan pupuk organik menggunakan kotoran ternak (dengan bahan tambahan molase dan EM4). Metode ini memanfaatkan kotoran ternak yang difermentasi dengan molase dan EM4 untuk menghasilkan pupuk organik yang kaya unsur hara.
Penerapan pupuk organik yang dihasilkan dari pelatihan ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi desa binaan, antara lain:
- Meningkatkan kesuburan tanah dan hasil panen, sehingga berkontribusi pada ketahanan pangan desa.
- Mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berpotensi mencemari lingkungan.
- Meningkatkan pendapatan petani melalui penghematan biaya pupuk.
- Menjaga kelestarian lingkungan dengan memanfaatkan limbah secara produktif.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini tidak hanya memberikan manfaat bagi desa binaan, tetapi juga berkontribusi dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB. Berikut beberapa keterkaitannya: SDGs 2: Tanpa Kelaparan: Pupuk organik membantu meningkatkan kesuburan tanah dan hasil panen, sehingga berkontribusi pada ketahanan pangan di desa binaan; SDGs 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab: Kegiatan ini mendorong pemanfaatan limbah organik dan kotoran ternak secara produktif untuk menghasilkan pupuk organik, sehingga mengurangi jumlah sampah dan emisi gas rumah kaca; SDGs 13: Tindakan terhadap Perubahan Iklim: Pupuk organik membantu meningkatkan kesuburan tanah dan penyerapan karbon, sehingga berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim.
Penulis: Mokhammad Fajar Pradipta
Fotografi: Tegar, Ircham, Gavriel.