Link berita : https://tirto.id/misinformasi-hand-sanitizer-alkohol-sebabkan-tangan-terbakar-eJYd
tirto.id – Selain merekomendasikan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan berbagai lembaga kesehatan juga menyarankan penggunaan hand sanitizer berbasis alkohol pada situasi tertentu untuk membunuh virus Corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Sayangnya, selama masa pandemi COVID-19 ini, banyak informasi terkait hand sanitizer yang kurang jelas keabsahannya kerap ditemui di media sosial. Kali ini, isu yang berkembang terkait hand sanitizer datang dari akun Facebook Ummi Farhana (arsip).
Pada 23 Maret lalu, akun itu menulis bahwa mereka yang menggunakan hand sanitizer dan kemudian menghidupkan kompor, akan rentan terkena luka bakar. Ia juga menggunggah foto anggota tubuh yang diklaim mengalami luka bakar tersebut. “P E R H A T I A N . . . !!!!!!! Saya baru saja mendengar berita buruk dari keluarga seorang teman yang memakai hand sanitizer dan pergi ke dapur untuk memasak, akibatnya kompor gas dinyalakan dan tangannya terbakar. Pembersih tangan mengandung alkohol, jadi mudah terbakar. Diharapkan semua orang harus mencuci tangan sebelum memasak. Jangan ceroboh❗❗❗ #Semoga_bermanfaat 🙏🙏🙏”
Penelusuran Fakta Tirto menelusuri foto yang diunggah Ummi Farhana di beberapa mesin telusur foto seperti Google Reverse Image, TinEye, Yandex, maupun Bing, namun tak menemukan hasil yang cocok. Foto yang berkeliaran di media sosial ini memang tergolong baru.
Lebih lanjut, Tirto tidak menemukan adanya laporan dari media massa yang terpercaya yang menginformasikan kejadian tragis ini di tengah pandemi COVID-19. Selain itu, foto yang diunggah tersebut menunjukkan kain kasa, area luka berbentuk garis lurus, yang tak biasa terjadi pada kasus luka bakar. Pengelupasan kulit yang rapi di tangan kanan menunjukkan kemungkinan terjadinya proses pencangkokan kulit yang biasa dilakukan di dunia medis. Proses pencangkokan kulit atau skin graft adalah prosedur pembedahan yang dilakukan dengan mentransplantasikan kulit yang sehat dari bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya yang membutuhkan. Hal ini dilakukan dengan mengambil dua lapisan kulit teratas yakni epidermes dan lapisan dibawahnya, dermis. Sering kali, bagian kulit yang diambil adalah area yang tertutup pakaian seperti bokong atau paha bagian dalam.
Operasi ini biasanya dibutuhkan jika bagian tubuh seseorang kehilangan lapisan pelindung kulit akibat berbagai faktor seperti luka bakar, cedera, infeksi kulit, luka yang tak kunjung kering serta luka besar dan terbuka. Selain itu, penting diketahui bagi pengguna hand sanitizer berbasis alkohol bahwa hand-rub ini mengering dengan sangat cepat dalam hitungan detik saat digosokkan ke tangan. Untuk meminimalkan risiko, pengguna diharapkan menggunakan cairan/gel seperlunya saja dan menggosokkan ke tangan hingga kering.
Lebih lanjut, Profesor Wega Trisunaryanti peneliti sekaligus dosen di Departemen Kimia Fakultas MIPA UGM saat dihubungi Tirto juga menegaskan agar penggunaan hand sanitizer tidak dilakukan di dekat kompor yang menyala maupun api. “Kalau di dapur menyemprot tangan dengan hand sanitizer dan nyalakan kompor jelas berbahaya,” ujar Wega.
WHO menuliskan saran dan cara mitigasi bencana yang dapat dilakukan ketika memproduksi hand sanitizer berbasis alkohol di rumah, yakni pentingnya menggosok tangan hingga kering, serta tidak memproduksi sanitizer dalam kuantitas besar (cukup satu liter penggunaan). Pengguna juga sebaiknya menyimpan hand sanitizer dalam temperatur ruangan dan jauhkan dari suhu tinggi. Pembuatan sanitizer berbasis alkohol sebaiknya dilakukan secara hati-hati, karena bahan-bahan seperti alkohol 96 persen dan etanol memang mudah terbakar.
Kesimpulan Berdasarkan penelusuran fakta yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa unggahan Ummi Farhana merupakan informasi salah dan menyesatkan (false & misleading). Tidak ada informasi berkenaan dengan luka bakar akibat hand sanitizer berbasis alkohol pada masa pandemi ini. Selain itu, penting untuk mengikuti anjuran lembaga kesehatan seperti WHO terkait penggunaan sanitizer berbasis alkohol yang aman.